Cari Blog Ini

Selasa, 22 Juni 2010

Tugas UAS Individu


Nama : Viky Sugianto
NIM : 915070169
Pokok bahasan : Semiotik

Tanda Menciptakan Pergeseran Makna pada Iklan-iklan Komersil

Sebagai konsumen, kita mungkin disuguhi ratusan dan bahkan ribuan iklan komersil setiap hari. Iklan-iklan tersebut muncul di papan reklame, surat kabar, televisi, selebaran, kegiatan yang didukung sponsor, hingga e-mail. Iklan merupakan perangkat komunikasi antara perusahaan dengan konsumennya. Nampaknya iklan dipercaya sebagai cara untuk mendongkrak penjualan oleh banyak pengusaha untuk kegiatan promosi.Perkembangan iklan dari masa ke masa telah merefleksikan dunia kehidupan manusia. Sebuah iklan berkaitan dengan sistem tanda di dalamnya. Petanda-petanda merupakan konsep mental yang kita gunakan untuk membagi realitas dan mengategorikannya sehingga kita bisa memahami realitas tersebut. Semiotika memandang komunikasi sebagai pembangkitan makna dalam pesan (baik oleh encoder maupun decoder).

Minggu, 06 Juni 2010

Pertemuan ke - 11

Modalitas Dalam Berkomunikasi
Oleh : Bapak Dr. Sidharta, S.H., M.Hum.
Modal tidak hanya di perlukan ketika kita akan memulai suatu usaha, tetapi dalam berkomunikasi juga dibutuhkan modal. Modal itu antara lain ialah Rasio, Indra, Intuisi, Emosi dan Persepsi.
Sebagai contoh. Ada 2 kursi yang berbeda di depan kita, satu kursi terbuat dari kayu dan kursi yang satu nya lagi terbuat dari besi namun mempunyai bantalan sofa di tempat duduknya. Bagaimana anda bisa mengatakan bahwa kursi yang mempunyai bantalan sofa lebih nyaman untuk di duduki daripada kursi yang satunya lagi jika anda tidak mempunyai emosi. Namun anda bisa saja mengatakan hal tersebut dengan menggunakan indra yang ada (kulit/perasaan).
Indra bersifat induktif, sedangkan rasio bersifat deduktif. Namun intuisi tidak keduanya, intuisi itu tidak disadari, dapat datang secara tiba-tiba (terjadi di alam bawah sadar), intuisi bisa berupa perasaan tidak tenang, dan intuisi bisa kita rasakan jika kita mempunyai kemampuan mengamati.
Intuisi
- Intuisi pada manusia tidak sama seperti instink pada hewan

Minggu, 23 Mei 2010

Pertemuan ke-10

SEMIOTIK

Kurnia Setiawan S.Sn, M.Hum, C.Ht

Semiotik berasal dari kata Yunani seme; semeiotikos; penafsir tanda yang berarti ‘tanda’‘sign’ dalam bahasa Inggris, adalah ilmu yang mempelajari sistem tanda seperti: bahasa, kode, sinyal, dan sebagainya.
Perintis awal semiotika adalah Plato yang memeriksa asal muasal bahasa. Aristoteles mencermati kata benda dalam bukunya Poetics dan On Interpretation. Pemikiran Plato pun banyak dipengaruhi oleh Socrates. Sumbangsih Plato yang terpenting adalah ilmunya mengenai ide.
Ada perbedaan mendasar antara tanda alami (natural) dan tanda yang disepakati (konvensional).

Jumat, 21 Mei 2010

Pertemuan ke-9

SIMBOL dan ARSITEKTUR

oleh : Eduard Tjayadi

Symbol , Etymology : - symbolum (latin); symbolon (Greek)
Objek, gambar, tulisan, suara atau tanda tertentu yang mewakili s
esuatu yang lain oleh asosiasi, kemiripan dan konvensi.

DEFINISI lainnya :

  • merupakan salah satu cara manusia mengekspresikan sesuatu yang telah berlangsungdi semua kebudayaan sepanjang waktu.
  • mencerminkan intelektualitas, emosi dan spirit manusia
  • memungkinkan terjadinya sebagian besar hubungan komunikasi manusia dalam bentuk tertulis maupun verbal, gambar ataupun isyarat.
  • merupakan bahasa universal lintas budaya dan zaman


Senin, 10 Mei 2010

Pertemuan ke-8

HUKUM DAN POLITIK
Dosen: Tri Agung Kristanto
(Editor politik dan hukum di harian KOMPAS)
“Ada yang masih ingat Anggodo? Apa kabar Anggodo dia sekarang?” sebagian dari isi kelas tidak ada yang tahu lagi perkembangan kasus Anggodo. Alasannya? Sangat mudah, karena media sudah tidak terlalu membesar-besarkan kasus tersebut, dan kasus Anggodo sudah tertutup dengan kasus baru lainnya, sebut saja Gayus atau kasus-kasus terbaru lainnya. Kemana orang-orang yang dulu berusaha keras untuk membahas kasus ini dan menuntaskannya sampai selesai? Banyak sekali pertanyaan mengenai beberapa kasus yang sebenarnya kita tidak tahu. Selaku editor politik dan hukum di harian Kompas, Bapak Tri Agung Kristanto pun mengatakan bahwa hukum dan politik di negeri ini tidak jelas. Tidak tahu kapan berakhirnya suatu masalah, masalah yang satu belum selesai sudah muncul masalah lainnya.